AL-QUR`AN DI HATI SEORANG MUSLIM
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إن الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى أله وصحبه ومن والاه أما بعد
Alhamdulillah pada kesempatan kali ini, kita berjumpa kembali dalam rangka meningkatkan keilmuan kita pada syariat Islam.
Sahabat muda…
Para rubrik ini, kita akan membahas tentang “AL-QUR`AN DI HATI SEORANG MUSLIM” Semoga melalui pembahasan ini, Alloh ﷻ menambahkan hidayah-Nya kepada kita semua.
Alloh berfirman dalam surat al-Hadid ayat 16
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Alloh ﷻ dan kepada kebenaran yang telah turun kepada mereka. Janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”
Dalam surat al-Fur`qan ayat tiga puluh, Alloh ﷻ menceritakan bahwa Rosul-Nya kepada-Nya tentang tingkah laku mereka yang mulai meninggalkan al-Qur`an:
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَذَا الْقُرْآنَ مَهْجُوراً
“Berkatalah Rasululloh ﷺ : wahai Robb-ku, sungguh kaumku telah meninggalkan Alquran”
Makna ditinggalkannya al-Qur`an adalah meninggalkan dengan tidak membacanya, tidak merenungi maknanya, tidak menjadikannya sebagai rukyah dan tidak mengamalkan isinya.
Al-Qur`an begitu istimewa karena yang menurunkannya adalah Alloh ﷻ yang Maha sempurna. Al-Qur’an turun dari Raja, Pemelihara, Sesembahan yang Maha Perkasa, Maha Mengetahui, dan Maha Kasih Sayang.
Kaum mukminin menerima al-Qur’an dengan perasaan bahagia campur perasaan hormat, siap melaksanakan perintah dan perasaan cemas dan harapan, serta perasaan kerinduan yang amat dalam, bagaimana tidak?, karena orang yang membaca al-Qur’an berarti seakan mendapat kehormatan bermunajat dengan Alloh ﷻ sekaligus seperti seorang prajurit yang menerima perintah dari atasan dan seorang yang mencari pembimbing mendapat pengarahan dari Dzat yang Maha Mengetahui. Dan perasaan inilah yang digambarkan oleh Alloh ﷻ dalam Firman-Nya surat Maryam ayat lima puluh delapan:
أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۧنَ مِن ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنۡ حَمَلۡنَا مَعَ نُوحٖ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبۡرَٰهِيمَ وَإِسۡرَٰٓءِيلَ وَمِمَّنۡ هَدَيۡنَا وَٱجۡتَبَيۡنَآۚ إِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُ ٱلرَّحۡمَٰنِ خَرُّواْۤ سُجَّدٗاۤ وَبُكِيّٗا
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Alloh ﷻ , yaitu Para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Alloh ﷻ yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.
Perasaan tersebut menyebabkan Ummu Aiman menangis ketika teringat akan wafatnya Rasulullah ﷺ . Suatu saat Abu Bakar dan Umar berkunjung kepada ibu asuh Rasululloh ﷺ , Ummu Aiman, dan ketika Abu Bakar dan Umar duduk, menangislah Ummu Aiman karena teringat wafatnya Rasululloh ﷺ , maka berkatalah Abu Bakar dan Umar, “Kenapa anda menangis, sementara Rasulullah ﷺ mendapatkan tempat yang mulia” ? Ummu Aiman menjawab, “Saya menangis bukan karena meninggalnya beliau, melainkan karena terputusnya wahyu Alloh ﷻ yang datang kepada beliau pada pagi dan petang hari”, maka saat itu pula, meledaklah tangisan mereka bertiga .
Dari perasaan tersebut para sahabat membaca dan menerima Al-Qur’an untuk dilaksanakan secara spontan tanpa menunggu-nunggu dan tanpa protes sedikitpun.
Ketika turun perintah untuk memakai jilbab pada surat Al Ahzab ayat lima sembilan, malam hari Rasululloh ﷺ menyampaikan ayat tersebut kepada para sahabat, pagi harinya para istri sahabat sudah memakai jilbab semua, bahkan `Aisyah mengatakan, “Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshor, mereka diperintah untuk memakai hijab pada malam harinya sementara pada paginya mereka sudah memakainya, bahkan ada yang merobek kelambu mereka untuk dijadikan jilbab”.
Ketika diharamkannya khomer dan ayat tentang khomer sampai kepada mereka, saat itu juga mereka langsung membuang simpanan khomernya dan membuang apa yang masih berada pada tangannya.
Salah satu rahasia keajaiban para sahabat dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an adalah keimanan mereka kepada Alloh ﷻ , beriman dengan surga dan neraka-Nya, juga kepada janji-Nya, sehingga mereka melakukan sesuatu yang apabila dilihat oleh orang yang tidak memahami latar belakang ini akan sulit menafsirkannya. Seperti ketika mereka membaca tentang janji Alloh ﷻ buat orang-orang yang berjihad karena cinta kepada Alloh ﷻ , seorang sahabat yang bernama Umair bin Hamam sedang makan korma bertanya, “wahai Rasululloh ﷺ , Dimana saya kalau saya mati dalam perang ini?, Rasululloh ﷺ menjawab “Di surga”, berkatalah Umair : “Sungguh menunggu waktu masuk surga sampai menghabiskan makan kurma tujuh biji ini adalah sangat lama”, dan akhirnya dibuanglah sisa kurma yang belum dimakan dan langsung memasuki pertempuran sampai menemui syahidnya.
Keimanan yang tinggi dari para sahabat, menjadi bagian dari episode kehidupan, untuk menjadi bagian dari yang diceritakan oleh Alloh ﷻ dalam Al-Qur’an, sebagaimana perhatian orang-orang Anshor terhadap orang-orang Muhajirin atau perhatian mereka terhadap orang-orang yang lemah, seperti yang Alloh ﷻ ceritakan dalam surat Al-Hasyr, dimana Rasulullah ﷺ kedatangan tamu dan beliau tidak memiliki sesuatu untuk menjamunya, akhirnya beliau tawarkan hal itu kepada sahabatnya, siapa yang bersedia membawa tamu saya?, dengan sepontan salah satu sahabat menjawab; saya bersedia rasululloh!, tetapi ketika sampai di rumah, ternyata istrinya berkata bahwa tidak ada persediaan makanan kecuali makan malam anaknya, maka sahabat tadi memerintahkan istrinya agar mengeluarkan makanan untuk menjamu tamunya dan mengeluarkan dua piring, kemudian segera mematikan lampu ketika tamunya sedang makan, tuan rumah menampakkan seakan-akan ikut makan bersama, agar dia bisa makan dengan enak, ketika sampai pagi hari sahabat tadi bertemu dengan rasululloh ﷺ dan beliau memberitahu bahwa Alloh ﷻ kagum dengan apa ia lakukan, maka turunlah firman Alloh ayat kesembilan dari surat al Hasyr.
Subhanalloh, luar biasa!, demikianlah kepribadian orang-orang shaleh terdahulu. Lantas bagaimana dengan kita, sahabat muda?, Sudahkah kita meneladani mereka?, sudah semestinya dan sudah saatnya kita meneladani generasi terbaik umat ini. Kemudian menorah sejarah gemilang di masa yang akan datang dengan memaksimalkan waktu yang kita miliki untuk melaksanakan hal-hal yang mendatangkan keridhoan Alloh ﷻ , amiin. Semoga kita bisa mengikuti jejak mereka.
Wallohu a’lamu bisshowab, wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Oleh:
Ustd Solahudin/Basyarudin
Mudir SMPIT AL-HIDAYAH Boarding School